People said that Sumba is a heaven ... and yes, it is.

If you are now planning a-long-weekend escape and you are thinking about Sumba to one of your options, I would say, you have to!

• To East Sumba: Waingapu - Umbu Mehang Kunda Airport (airlines flying from/to Bali: Wings Air and Nam Air)

• To West Sumba: Waikabubak - Tambolaka Airport (airlines flying from/to Bali: Garuda Indonesia, Nam Air, Wings Air

Both are beautiful on their ways, but personally I like East Sumba more. If you want to keep the best part for the last, so just start your trip from West Sumba!


Getting around:

The easy way to get around Sumba is by renting a car. It costs around IDR 800k per day (negotiable, can be less if you book more than one day) which can be cheaper as well when you share the cost with friends. Or, you can just rent a motorcycle. I will recommend you to rent a car. It is more efficient and safe, plus the driver can be your local tour guide!

The driver assigned to us was Mas Guntur. He is a local person and very nice. Even in the last day, he drove the car very fast to go to one of hills in West Sumba for catching up a very beautiful sunset, which was actually not part of our itinerary. It was one of the best sunset I have ever seen. Just contact me on Instagram if you want to book Mas Guntur as your driver. I will gladly share his contact to you.


Itinerary:

Day 1 - 2: East Sumba

I arrived at Waingapu around 12 pm. After having lunch, without any further, we started our journey. The best thing from East Sumba is its hills. It is like cotton candy but all of them are greens. On top of that, you will meet many local children who love playing with you. They are so cute and nice!

Bukit Raksasa Tidur

Bukit Warinding

Bukit Persaudaraan

My driver said that if we are lucky enough, we can see milky way at Bukit Persaudaraan in the night. Unfortunately, we only had one night in East Sumba and we need to use it to prepare our social project for the next day.

Walakiri Beach

My advice for you is: stay longer in East Sumba!

Day 1: Bukit Raksasa Tidur, Bukit Warinding, Bukit Persaudaraan (bukit = hills), Walakiri Beach
Day 2: We focused on our social project in the rural area of East Sumba then continue the road trip to West Sumba, but we still manage our time to visit Desa Adat Praijing.

Desa Adat Praijing

Day 3 - 4: West Sumba

If East Sumba has hills, the best thing from West Sumba is its beaches!
There are plenty of beaches you can explore. My favorite beach in West Sumba is Weekuri Lake, it is very unique because we can see a lake and sea just side by side.

Mandorak Beach

Weekuri, left is lake and right is sea

Bwana Beach

As mentioned, my best sunset in Sumba is in West Sumba, specifically in Bukit Lendongara. From the top of hill, we can see how the sun slowly hiding behind the horizon then disappear in the sea.

Bukit Lendongara

Day 3: Mandorak Beach, Weekuri Lake, Bwana Beach, Bukit Lendongara
Day 4: Leaving Sumba


Stay at:
East Sumba: Padadita Beach (highly recommended, nice place, good food and have their own beach in the backyard)
West Sumba: Sumba Sejahtera (budget hotel, good to stay and near to airport)

Hopefully all of above itinerary can help you to plan your next trip to Sumba.
Maybe I will write another post which tell in detail for each place.

See you!

Sudah berbulan-bulan lamanya sejak aku tidak pernah menulis lagi di medium ini. Mungkin ini yang dinamakan rindu. Bagaimana tidak rindu? Aku seperti melupakan siapa aku di masa lalu. Aku yang dulu bisa menghabiskan satu buku dalam hitungan hari. Atau aku yang bisa dengan mudahnya menuangkan segala akal, angan dan asa yang entah bagaimana selalu saja ada di kepalaku.

Sekarang, mungkin aku tak lebih dari seorang pekerja kantoran biasa yang harus memenuhi ekspektasi dari bos, yang juga memiliki bos, dan bos di atasnya lagi, dan seterusnya, hingga pada kesimpulan bahwa aku hanya butiran kecil dari korporasi besar ini. Namun, keputusan untuk menjadi bagian dari sebuah perusahaan multinasional adalah keputusan yang tidak pernah aku sesali. Aku mendapatkan kesempatan untuk belajar dari sebuah institusi yang lebih besar daripada universitas dan dari orang-orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu tetapi tidak terkenal di media. 

Aku menyadari bahwa aku yang sekarang sudah sangat berubah dibanding dengan aku saat lulus kuliah atau bahkan dibanding saat masuk di hari pertama kerja. Mungkin ini yang namanya trade-off. Sementara aku sedang bertumbuh dan beradaptasi di dunia kerja, ada bagian dari diriku yang lain yang harus ku korbankan, seperti waktu untuk membaca, menulis sebuah artikel untuk blog atau mengikuti kegiatan sosial. Tak lupa, terkadang media sosial jauh lebih menyenangkan untuk dijelajahi ketika ada waktu luang.

Tentang sebuah perubahan.

Ada satu masa bahwa semua terasa biasa dan membosankan. Lalu  mempertanyakan apakah ini yang dicari, apakah ini yang diinginkan. Titik inilah yang membuat diriku sadar bahwa aku ingin menjadi lebih baik dan lebih berguna. Aku ingin menjadi bahagia dan membahagiakan. Aku ingin berhenti menunda-nunda dan memulai mengerjakan. Mungkin ini saatnya bahwa aku harus memulai berani bertanya kepada diriku sendiri tentang apa yang aku inginkan dalam hidup ini, daripada hanya sekadar melakukan sebuah rutinitas: bekerja, rumah, tidur, jalan-jalan di akhir pekan dan seperti itu seterusnya. Aku hanya ingin membuat hidup ini lebih bermakna, meninggalkan sesuatu saat aku nantinya sudah tiada.

Ada banyak hal yang berkecamuk dalam pikiranku sekarang. Biarkan aku menelaah satu per satu, supaya bisa dikerjakan dan tak berakhir sebagai wacana.

Jakarta, 27 Februari dini hari, 

untuk sebuah refleksi diri