"Now if you know what you're worth then go out and get what you're worth." - Rocky Balboa

One thing that I learned since working is asking feedback for everything you have done, and then improve it. I aware that life is about develop ourselves to be better and much better. 

For me, who is very Javanese, it needs an extra effort to be brave enough asking a person who has more power than you, with quite big gap in term of grade. Somehow, Javanese people tend to be "pekewuh," a sense of shy, awkwardness, and respectful toward others. It occurs because of position, seniority, charisma, etc. In the workplace, I see that being "pekewuh" will not make you survive, moreover to get your ambition.

Secondly, about self-awareness. The important thing in self-improvement, while feedback being of those tools, is to find yourself. It is cliche but I agree. When we are trying to improve ourselves but still do not know what things to achieve in the future or what kind of person that people want to see in us, so for what?

Thirdly, always read, wherever is it, whether on magazine, BBC or other media. It is not a must to read only about the business of our industry, but any kind of topics such as politic, economic or international relation. Not only about what happened in Indonesia, but also about what happened in Asia, Europe, and any parts of the world. That of will always make the brain thinking and automatically our point of view will be much larger. The most Indonesian people are too lazy to read. They prefer to read Facebook instead of media that give them insights and actual issues.

As a person who wants to grow, speak up is also the critical thing. How you will grow if people do not notice that you are there? You cannot grow alone. Playing safe just make you at the stagnant position, never moved. If you are not agree with your boss, just say, even if he/she is a director. Being an "agree-able" person does not drive you to form your own opinion. Being a success person means be able to make own view, opinion and decision. 

If you are a fresh-graduate or just starting your early career, it is okay to be a little bit worried. In my opinion, self-learning is a must, but still keep asking to your boss/coach/mentor/manager about things you do not know and the things you want to know. You will never know what kind of insights that you will get after you do that.

Make your life alive, talk anything, share ideas, share openly, just speak up.

Setelah hampir dua bulan tidak menulis di blog, tulisan saya kali ini akan sedikit informatif mengenai pengalaman saya mengikuti Unilever Finance Camp (U-Finance Camp) pada pertengahan bulan Mei 2016 lalu. Alasan lain adalah karena U-Finance Camp sendiri masih tergolong baru sehingga masih belum banyak yang mengulas atau berbagi pengalaman tentang apa saja yang dilakukan selama 3 hari 2 malam mengikuti U-Finance Camp.

U-Finance Camp merupakan bagian proses rekrutmen dari UFLP (Unilever Future Leaders Programme, sebuah program Management Trainee dari Unilever) khususnya pada bidang Finance. Selain Finance, UFLP juga membuka kesempatan untuk kamu yang tertarik berkarir dibidang Supply Chain, Marketing dan Human Resource. Namun saya kurang tahu bagaimana proses UFLP dibidang selain Finance, apakah ada camp juga atau langsung final assignment selama satu hari.

Sebelum saya membahas khusus tentang U-Finance Camp, ada beberapa tahap seleksi yang harus diikuti untuk bisa terpilih menjadi UFLP Finance, yaitu:

1. Online Registration

Saya mengisi registrasi online kalau tidak salah sekitar bulan Maret. Tinggal menulis informasi umum sesuai instruksi saja menggunakan bahasa inggris. Selain CV, juga ada dua esai yang harus diisi, yakni mengenai describe time with an idea dan describe a time when you spotted an opportunity and made it happen. Cukup mengisi dengan jelas dan jujur. Untuk esai, ada kerangka pengisiannya, yaitu dengan menggunakan konsep STAR (Situation - Task - Action - Result).

2. Online Test

Setelah selesai melakukan registrasi secara online, tidak lama kemudian kamu akan mendapatkan email untuk mengikuti online test. Online test ini tidak harus langsung dikerjakan karena kita diberikan waktu maksimal 7 x 24 jam setelah mendapatkan email. Saran saya, pastikan koneksi internet bagus. Ada pengalaman gagal lanjut ke tahap berikutnya karena koneksi internet yang mati. 

Online test dibagi menjadi dua jenis, yaitu numerical dan logical. Jika skor pada numerical test tidak sesuai standard, otomatis tidak bisa mengikuti logical test. Pastikan mengerjakan dalam keadaan nyaman, persiapkan alat tulis dan kalkulator. Sebelum mengikuti tes, Unilever juga memberikan kesempatan untuk berlatih dulu. :)

3. Online Form

Sekitar pertengahan bulan April, saya mendapatkan email tentang proses seleksi UFLP. Pada email tersebut, saya diharuskan mengisi online form dari link yang tercantum pada email. Form tersebut berisikan beberapa esai pendek seperti why did you choose above function for UFLP serta indicate events and experience you consider to be influential to shape yourself today beserta key learning nya.

4. Online Interview

Sebenarnya online interview ini tidak wajib karena ada peserta U-Finance Camp yang mendapatkan undangan interview dan ada juga yang tidak. Kebetulan saya mendapatkan undangan untuk online interview menggunakan semacam aplikasi yang diunduh melalui link yang tercantum pada email. Pertanyaan interview seputar mengapa memilih finance, apa yang diketahui tentang finance di Unilever dan pertanyaan umum lainnya.

5. Unilever Finance Camp (U-Finance Camp)

Seminggu setelah online interview, saya mendapatkan undangan untuk mengikuti U-Finance Camp 2016, sebagai proses seleksi UFLP. Pada email disebutkan bahwa akan ada 35 mahasiswa terbaik dari jurusan akuntansi (+ finance & manajemen) dari universitas ternama di Indonesia. Saya langsung deg-degan serius haha. Gimana bisa saja nggak deg-degan? Saya yakin bahwa saya akan bertemu dengan banyak mahasiswa ambi dan berprestasi di situ. :)

U-Finance Camp dilaksanakan selama 3 hari 2 malam di Graha Unilever, Jakarta dan di Mega Mendung Learning Center, Bogor. Seluruh biaya transportasi dan akomodasi semua ditanggung oleh Unilever, termasuk tiket pesawat PP dan travel.

• Hari Pertama: Pengenalan Divisi Finance di Unilever

Seluruh peserta U-Finance Camp bersama CFO Unilever Indonesia.

• Hari Kedua: Case Preparation & Presentation

• Hari Ketiga: UFLP Assessment Center

Hari ketiga ini, 10 orang yang lolos mengikuti UFLP Assessement Center, yang terdiri dari role play (semacam diberikan case juga) dan interview. Untuk yang tidak lolos, kami jalan-jalan ke Curug dekat dengan MMLC. Setelah makan siang, pada hari itu juga diumumkan siapa saja yang lolos menjadi UFLP Finance. Ada 3 orang yang terpilih. Mereka berasal dari UI, SBM ITB dan satu lagi lulusan S2 di kampus di Melbourne. Selain 3 orang yang lolos UFLP, pihak HR mengatakan bahwa masih terbuka lebar kesempatan untuk direct hire bagi seluruh finalis.

Meskipun saya tidak lolos hingga tahap akhir, saya cukup senang karena setidaknya saya mendapatkan pengalaman berharga dan teman-teman baru yang inspiring dan menyenangkan. Semoga pengalaman ini bisa membuka kesempatan terbaik berikutnya.

Mari sama-sama bilang "Alhamdulillah..." karena akhirnya, Briliani Dwi Harnawan Putri S.Akun pada hari Jumat, 12 Februari 2016. Not really official sih karena masih ada sedikit revisi dan administratif yudisium untuk benar-benar resmi menyandang gelar sarjana akuntansi *uhuk.

Selang dua minggu kemudian, Rabu, 24 Februari 2016 segala urusan kampus terkait yudisium dinyatakan selesai! Itu saja sudah masuk satu minggu "istirahat" dari segala urusan skripsi hehe. Sekali lagi, Alhamdulillah sudah resmi lulus dalam waktu 3,5 tahun. Alhamdulillah.

Kalau ditanya rasanya gimana setelah selesai sidang, sejujurnya rasanya biasa aja. Serius biasa aja. Kayak habis selesai presentasi mata kuliah yang "rada serem" aja. Udah itu aja. Cuman bedanya, tambahan sedikit kelegaan ketika sadar... my parents has brought me to this point, from baby to, at least, this bachelor degree. Selain itu yang membuat bersyukur adalah bisa menyelesaikan kewajiban strata satu ini selama 3,5 tahun. Alhamdulillah.

Kalau boleh sedikit cerita, aku baru mulai bener-bener nulis skripsi di awal bulan November 2015. Seingat aku, setelah ikut kegiatan pertukaran, lalu magang sampai bulan Oktober, masih galau super judul skripsiku mau spesifik membahas apa. Kalau topik umum sudah dapat dari Agustus, tapi topik khususnya yang bikin super galau. Bahkan waktu kemarin lulus sidang, ada senior yang bilang:

1. Memilih dosen pembimbing yang "srek" dan diusahakan memiliki visi yang sama

Kalau kita suka dan "srek" sama dosen pembimbing kita, bisa dipastikan kita akan lebih semangat dalam mengerjakannya. Dosen pembimbingku kebetulan adalah salah satu dosen favorit semasa perkuliahan awal semester dan mata kuliah yang diajar pun adalah mata kuliah yang aku suka. Selain itu, dosen pembimbingku juga selalu mendukung aku untuk bisa lulus cepat, bahkan membantuku memberi mapping tentang what should I do after graduation.

Dosen pembimbing terbaik di seluruh dunia.

2. Topik umum skripsi adalah sesuatu yang paling disukai selama masa perkuliahan

Cari topik yang bikin mata kita berbinar-binar ketika lagi ngomongin soal itu dan kita ngerasa nggak capek waktu pelajari itu. Sebagai seorang yang nantinya mendapat gelar sarjana akuntansi, seharusnya memang aku mengambil topik yang berbau akuntansi. Padahal, aku anaknya bukan so accounting gitu, cenderung lebih suka bahas dan analisis tentang ekonomi makro dan mikro. Dengan segala cara, konsultasi dengan dosen pembimbing dan ketua program studi, aku pun mengambil topik yang menggabungkan apa yang jadi kesukaanku ditambah kewajiban mengaitkan dengan akuntansi.


3. Cari 25 - 30 jurnal / skripsi / tesis / literatur lain yang membahas tentang topik yang dipilih

Waktu pertama kali bimbingan, ini adalah saran dari dosen pembimbing aku. Tujuannya adalah agar bahasan kita ngga ke mana-mana. Jadi proses untuk menentukan apa yang ingin dibahas, bisa lebih cepat. Caranya tinggal cari aja judul yang menurut kamu cocok dengan topik kamu. Skimming saja, nggak perlu baca abstrak segala.


4. Ambil 5 judul yang paling disuka atau sesuai dan pilih 1 judul yang menjadi acuan utama

Dari 25-30 judul yang dipilih, baca ulang kembali judul secara skimming untuk menentukan 5 judul yang paling sesuai dengan yang ingin kamu bahas. Setelah menentukan 5 judul tersebut, baca semua abstraknya, baca dan pahami dan bismillahirrahmanirrahim... ambil 1 judul sebagai acuan utama kamu nanti.


5. Jangan mengasingkan diri dari teman-teman

Menurut aku ini termasuk komponen penting. Se-introvert apapun kamu, usahakan untuk bertanya atau berkumpul bersama teman-teman kamu sesama pejuang skripsi paling tidak 1-2 minggu sekali. Mengerjakan skripsi bersama malah lebih bagus. Apa tujuannya? Banyak. Selain kamu nggak bete ngerjain sendirian, kamu juga bisa punya temen diskusi kalau lagi stuck. Yang paling penting adalah ketika semangatmu sedang turun, akan ada teman-teman kamu yang men-support.

Aku sempat stuck selama hampir satu bulan. Sempat mau ngambek juga sama dosen karena susah ditemui :p #curhat. Sempet ketinggalan dari temen-temen juga yang sudah mau pada bab III, dan aku bab I aja belum ditulis *jleb. Awalnya rada males buat ketemu temen, takut down dan semacamnya. Namun ternyata, ketika sama temen-temen, bawaannya jadi semangat buat ngerjain lagi. Soalnya temen-temen yang lain juga udah pada semangat.


6. Pokoknya kerjain aja


Nggak usah mikir aneh-aneh. Nggak usah mikir "Udah bagus belum ya?" Ngga usah mikir, "Udah sesuai belum ya?" Intinya, kerjain aja dulu. Urusan benar atau salah, bagus atau belum bagus adalah urusan belakangan. Toh, ada masanya kita baca ulang dan perbaiki yang perlu diperbaiki.

Kalau boleh jujur, aku bahkan secara nekat mengerjakan Bab I, II dan III, padahal dosen belum tersirat bilang oke. Alhamdulillah, dosen pembimbingku pun setuju meski dengan sedikit revisi.


7. Seminar, sidang dan revisiannya: hadapi saja karena semua akan berlalu


Nggak perlu begadang, nggak perlu takut berlebihan, berdoa dan jangan lupa minta restu orang tua. Karena semua akan berlalu. Kalau ada pertanyaan atau sanggahan, jawab sebisa kamu. Kalau misal merasa nggak bisa jawab, tampung saran dari dosen pembahas atau penguji. Selain itu, kita juga harus pandai untuk membaca karakteristik masing-masing dosen. Misalnya dosen A lebih membahas redaksional, dosen B tentang logika, dosen C tentang olahan data, dan sebagainya.

Segala hambatan dan tantangan, hadapi saja. Kalau aku mikirnya, kalau nggak ada tantangan, nanti nggak ada yang bisa diceritain. Oh iya, jangan pernah juga membandingkan proses skripsi kamu dengan teman-teman kamu. Setiap orang pasti memiliki masalah dan hambatannya masing-masing. Jadi, jangan iri misal kamu kira si A lebih mulus pengerjaannya atau kamu kira topik kamu lebih susah jadi wajar. Do not compare with others.  Focus on yours.


8. Jangan lupa liburan

Bukan berarti harus dari pagi sampai malam kita ngerjain skripsi agar bisa kekejar deadline. Santai saja tapi jangan hilang fokus, apalagi hilang semangat buat nyelesain :)  Manajemen waktu sangat diperlukan, apalagi jika kamu sembari magang, volunteering atau apapun aktivitas kamu. Selama proses pengerjaan skripsi dari November sampai sidang di Februari, aku masih sempat pulang ke rumah selama satu minggu dan bahkan sempat liburan seminggu lebih di luar kota hihi.

--

Skripsi bukan bicara tentang cepat atau lambat pengerjaan, melainkan tentang bagaimana bentuk kewajiban kita kepada orang tua yang telah mendukung baik secara moral maupun material. Bapak, Ibu, alhamdulillah anakmu sudah sarjana :")

Kurang lebih 8 tips tersebut, kalau ada yang kurang, bisa sharing di kolom komentar ya :)