*Catatan: Tombol segitiga berwarna putih dapat ditekan sebelum membaca tulisan di bawah ini.
Apapun yang
manusia sedang lakukan, dalam mili detik yang sama, perjalanan kita sebagai
manusia sama-sama sedang berjalan.
(sumber gambar) |
Kau keluhkan awan hitam yang
menggulung tiada surutnya.
Kau keluhkan dingin malam yang
menusuk hingga ke tulang.
Dalam perjalanan
pulang malam ini, saya yakin ada dan akan selalu ada perjalanan-perjalanan manusia
lain di muka bumi ini. Perjalanan yang bisa saja sama dengan perjalanan yang
saya lakukan dan bisa saja tidak. Apakah perjalanan dengan berjalan kaki atau
menggunakan alat perjalanan lain, sejujurnya saya tidak peduli. Setiap manusia
di bumi ini berjalan dan melakukan perjalanan. Sekalipun ada manusia yang
sedang meringkuk di atas ranjang mereka, mereka juga termasuk ke dalam sesi
perjalanan ini.
Awan ini kau benci dan kau inginkan
tuk segera pergi.
Berdiri angkat kaki tiada raut
riangmu di muka.
Pergi segera.
Manusia sama-sama melakukan
perjalanan. Hanya saja, dengan tujuan perjalanan yang berbeda, serta dengan
proses yang berbeda pula. Ada yang menikmati perjalanan ini, tak sedikit pula
yang tidak. Ada yang mengerti alasan mengapa mereka melakukan perjalanan ini,
banyak pula yang memikirkannya pun enggan. Ada yang menyukai dan ada pula yang
membenci.
Bagi yang
menyukai, sekeras apapun terpaan yang menimpa perjalanan, mereka akan dengan
senang hati bersyukur dan terus melanjutkan perjalanan. Bagi yang membenci,
mereka hanya akan menggerutu dan merasa waktu berjalan dengan sangat lambat.
Lalu, bagaimana
dengan yang tidak berada diantara keduanya? Tidak menyukai, tidak berarti pula
membenci. Mereka akan berjalan seperti mayat hidup. Mereka tetap melakukan
perjalanan karena menempuh perjalanan adalah keharusan. Hanya saja, mereka
tidak menemukan apa yang sebenarnya mereka sedang jalani, beserta alasan
terdalam mengapa mereka melakukannya. Mereka hanya sekadar tahu bahwa ini
adalah keharusan.
Kau keluhkan sunyi ini tanpa ada
yang menemani.
Kau keluhkan risau hati yang tak
kunjung juga berhenti.
Keluhan adalah hak
bagi setiap manusia. Mengontrol keluhan adalah kewajibannya. Perjalanan yang
dilakukan tidak pernah ditempuh dengan cara yang selalu mudah. Tidak setiap
tempat perjalanan memiliki tol bebas hambatan. Tol bebas hambatan di beberapa
tempat pun pada akhirnya juga tidak bebas karena penuh dengan sesak manusia
yang melakukan perjalanannya dengan cara yang sama seperti orang lain lakukan.
Setiap manusia
memiliki beban perjalanan masing-masing. Ada kalanya beban tersebut tidak
terasa seperti beban karena sangat ringan dan ada kalanya beban tersebut
menjadi membesar berkali lipat terasa lebih berat.
Jika pada satu
batas tertentu, beban tersebut terasa sangat berat hingga diri kita tak mampu
membendungnya sendiri, akan ada yang selalu bersama kita untuk mendengarkan dan
tak jarang ikut membantu meringankan beban tersebut. Jikapun tidak meringankan,
yang selalu bersama kita akan membuat diri kita tidak merasa sedang menghadapi
beban tersebut.
Rasa itu kau rindu dan kau inginkan
tuk segera tiba,
Dan kembali bermimpi hanyut dalam
hangatnya pelukan cahaya,
Oh mentari.
Apa yang manusia
perlu lakukan adalah untuk menjadi terbuka, tetapi tetap dengan batas. Manusia
harus lebih memahami siapa yang menjadi teman, siapa yang menjadi rekan dan siapa
yang bukan siapa-siapa di setiap perjalanan yang ditempuh. Perjalanan adalah
hal individual, yang mana tetap diingat bahwa se-individual apapun manusia,
pasti masih tetap membutuhkan individu lain juga.