Sebentar Lagi Sepuluh Juli: Untuk Mengenang Sembilan Juli
7/09/2014 11:13:00 PM
Tahun ini menjadi tahun yang begitu hebat saya rasa. Begitu berbeda. Begitu gegap gempita.
Tahunnya para media, kritikus, eksekutif, anak muda, bapak-bapak, dan tak lupa para ibu-ibu di pasar.
-------- Semua orang berbicara lebih banyak.
Piala dunia. Pemilihan umum presiden. Palestina.
Topik kedua adalah topik yang akan saya bicarakan pada tulisan ini. Setidaknya, topik ini menyedot perhatian hampir seluruh umat Indonesia untuk waktu yang cukup lama dengan puncaknya pada hari ini: Rabu, 9 Juli 2014.
Sudah lama rasanya Indonesia tidak terpecah sepecah-pecahnya dalam menggunakan kewajibannya menentukan pilihan. Terakhir begitu terpecah adalah ketika menentukan siapa pemenang Indonesia Idol: Joy Tobing atau Delon?
Saya ambil contoh di rumah saya. Bapak dengan pilihan calon presiden -yang menurut beliau- tegas, konsisten, paling kaya dan nasionalisme tinggi. Kakak saya memilih calon presiden -yang menurut dia- bijaksana, banyak orang "baik" dan tidak bermasalah dibelakangnya, serta track record yang tidak buruk. Sedangkan Ibu memilih calon presiden yang menurut beliau berpotensi besar akan kalah.
(Sekadar informasi, Ibu memang selalu memilih calon yang berpotensi kalah dan tidak dipilih lebih banyak orang dalam pemilihan apapun, baik legislatif maupun eksekutif. Sebenarnya dahulu Ibu selalu mendukung salah satu partai yang memiliki citra "islam", tetapi banyaknya kasus korupsi didalam internalnya membuat Ibu berhenti untuk terus mendukung partai yang terakhir tersangkut kasus impor daging.)
Saya melihat bahwa dua calon presiden Indonesia memiliki massa yang hampir sama. Kedua kubu sama-sama kuat dan tidak se-signifikan dan se-jomplang pemilihan umum presiden lima tahun lalu. Banyak sekali orang yang meskipun tidak dibayar tetapi tidak pernah berhenti menggaungkan dan mengagungkan calon yang dipilihnya. Tak luput juga saling melakukan persuasi kepada orang lain untuk memilih calon jagoannya. Bahkan, hingga tak jarang melebihi batas kampanye seperti melakukan kampanye hitam yang setiap hari menghiasi layar media sosial saya.
Berbicara tentang media sosial, jika dipersentasekan secara kasar, ada tiga hal besar yang menjadi topik pembicaraan, yaitu calon nomor satu, calon nomor dua, serta lain-lain. Pada satu titik waktu saya pernah mengungkapkan di salah satu media sosial saya, sesungguhnya saya bosan melihat pemberitaan kedua calon presiden di media sosial. Saya tidak tahu harus menganut media yang mana yang benar-benar netral dan tidak memiliki kepentingan tertentu pada salah satu nomor.
Mari kita mengenang (proses) sembilan juli:
Setiap orang kerap berbicara, baik karena benar-benar tahu, sedikit tahu, maupun sok tahu.Setiap pendukung calon mendukung calon-calonnya dengan bahagia dan senang hati, baik dibayar maupun tidak dibayar.
Gambar diri di media sosial dibagi separuh untuk memperlihatkan siapa jagoannya.
Pembicaraan mulai menjadi hitam, saling menjatuhkan dan mengungkit kejelekan masing-masing.
Akun media sosial ber-pengikut banyak ditumpangi oleh salah satu calon, baik secara legal maupun ilegal (hacking).
Anak muda kekinian mengunggah foto jari bertinta di media sosial pribadinya. Tak sedikit pula yang mengambil gambar di dalam bilik pencoblosan.
Anak muda kekinian mengunggah foto jari bertinta di media sosial pribadinya. Tak sedikit pula yang mengambil gambar di dalam bilik pencoblosan.
Media televisi besar tidak bersikap netral bahkan ada versi hal tertentu yang berbeda jauh.
Banyak yang kritis, tetap berpegang teguh pada hati dan akal masing-masing, ada juga yang tergoyahkan.
Bagaimanapun, apapun, dimana pun..
------Setidaknya di sembilan juli ini, (sebagian besar) penduduk Indonesia sangat bersemangat dalam memilih calon pemimpin negaranya untuk lima tahun kedepan.
Saya tidak mempermasalahkan siapa yang anda pilih atau bagaimana anda bersikap dalam pemilu tahun ini.
Pilih satu atau dua, yang terpenting sebenarnya adalah nomor tiga: Persatuan Indonesia.
Setelah kita tahu secara resmi siapa yang akan memimpin negara ini untuk lima tahun ke depan:
Selamat bertingkah laku secara bijaksana, masing-masing pendukung kedua calon presiden!
Dan selamat memegang amanah, calon presiden terpilih nantinya!
Salam Tiga Jari!
------Setidaknya di sembilan juli ini, (sebagian besar) penduduk Indonesia sangat bersemangat dalam memilih calon pemimpin negaranya untuk lima tahun kedepan.
Saya tidak mempermasalahkan siapa yang anda pilih atau bagaimana anda bersikap dalam pemilu tahun ini.
Pilih satu atau dua, yang terpenting sebenarnya adalah nomor tiga: Persatuan Indonesia.
Setelah kita tahu secara resmi siapa yang akan memimpin negara ini untuk lima tahun ke depan:
Selamat bertingkah laku secara bijaksana, masing-masing pendukung kedua calon presiden!
Dan selamat memegang amanah, calon presiden terpilih nantinya!
Salam Tiga Jari!
1 comments
Awalnya eneg liat postingan orang (fitnah, komen sok tau, blek kempen) di fesbuk dan lain lain. Tapi yaaa abis itu sadar yan, kalo itu bagian dari hak semua orang, berpikir berpendapat.
BalasHapusYaah, semoga fase yg kemaren itu mendewasakan kita bersama.
Sepakat di bagian akhir, persatuan Indonesia!