Sebuah pepatah lama telah menyebutkan secara gamblang bahwa sesungguhnya di tangan dan langkah pemudalah urusan dan hidupnya sebuah bangsa.
Saya sepenuhnya setuju dengan pepatah tersebut. Deretan nama pemuda adalah deretan nama yang dominan dalam pergerakan sebuah bangsa, tak terkecuali Indonesia. Lihat saja bagaimana Kartini tengah menyuarakan Cri de Coueur atau jeritan hati nurani saat berusia 20 tahun-an, atau Soekarno yang baru berusia 26 tahun tetapi telah memimpin Partai Nasional Indonesia. Mohammad Hatta belum menyentuh angka 25 tahun ketika mendirikan Perhimpunan Indonesia di Belanda. Juga Tan Malaka yang sudah aktif dalam pergerakan sejak berusia 16 tahun. Begitu juga Sutomo, Gunawan Mangunkusumo dan tokoh-tokoh lain yang mendirikan Boedi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama saat berusia 20-25 tahun.
Tiga tahun silam, saya mulai menyadari, memahami dan mengenal secara dalam akan pentingnya pemuda dalam menjadi sebuah tonggak bangsa. Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini adalah hasil dari apa yang telah diperjuangkan oleh anak-anak muda dalam jaman itu. Melihat masa pergerakan bangsa, Indonesia patut berbangga karena memiliki bibit-bibit pemuda berkualitas super yang mumpuni untuk membangun sebuah bangsa.
Jika itu adalah kita di masa lampu, lalu bagaimana kita di masa ini? (sumber) |
Soekarno selalu mengingatkan bahwa revolusi belum selesai, revolusi menuju masyarakat yang adil dan makmur. Tanah yang kita pijak, udara yang kita hirup adalah tanah air kita. Mencintai tanah air adalah hal krusial yang wajib kita patri. Kecintaan kita akan membawa kita pada kesadaran bahwa kita memiliki kewajiban sebagai warga bangsa ini. Kesadaran yang membuat kita secara ikhlas melakukan perubahan, perubahan yang baik untuk bangsa yang lebih baik.
Selamat Hari-nya Anak Muda Indonesia, Selamat Hari Sumpah Pemuda!
----- Delapan puluh lima tahun yang lalu kita sudah bergerak, yuk jangan berhenti di tangan kita!
(sumber) |
Referensi: