Sudah hampir satu bulan tidak menjamah blog ini, hihi. Seringnya nulis yang pendek-pendek di tumblr sekarang. But, I am here now!
Oke, akhir-akhir ini di kampus lebih tepatnya jadi sering banget denger kata "bodo amat". Saking seringnya, sering ngerasa juga bahwa penggunaan kata-kata tersebut berlebihan dan tidak mengenal tempat serta waktu. Seperti yang terlihat di dalam percakapan berikut ini:
Sebuah percakapan dengan diri sendiri (sumber gambar: di sini) |
Sebuah percakapan dengans seorang teman atau sahabat (sumber gambar: di sini) |
Jangan berharap akan mencari arti secara utuh kata ini di Kamus Besar Bahasa Indonesia, karena dua kata ini memang bukan bahasa baku. Secara gaul (karena frase tersebut adalah bahasa gaull), bodo amat menyatakan sebuah ekspresi yang cenderung tidak peduli, acuh tak acuh dan masa bodoh terhadap suatu hal.
Lalu apa masalahnya?
Sudah aku katakan pada prolog tulisan ini, penggunaan kata bodo amat menurutku pribadi sering melampaui batas dan tidak mengenal kondisi maupun situasi. Pernah suatu waktu sedang bercerita kepada seorang teman dan berharap akan mendapat feedback seperti solusi atau saran, tetapi si pendengar malah berkata, "ah bodo amat" --- meskipun dengan nada bercanda sekalipun.
Aku sendiri jarang dan hampir ngga pernah (?) menggunakan kata tersebut sebagai salah satu kosakataku sehari-hari. Aku memandang bahwa kata bodo amat mengisyaratkan suatu bentuk negative response yang sebisa mungkin dihindari.
Mungkin terjadi pergeseran makna bahwa penggunaan kata tersebut sebenarnya ditujukan sebagai bentuk candaan. Tapi menurutku, terlepas dari apakah itu bercanda atau tidak, tidak semua orang paham bahwa ketika kita sedang menggunakan frase tersebut, kita sedang bercanda. Padahal, kebanyakan orang tentu menginginkan untuk mendapatkan positive response ketika sedang berbicara kepada orang lain.