Kemarin setelah selesai ujian, seorang teman memberi tahu tentang berita Cinta Ditolak, Murid SD Mau Bunuh Diri di atas kepadaku. Aku berkata dalam hatiku sendiri, "Tuhan, itu salah siapa ?". Bahkan ketika aku sekolah dasar, tahu bagaimana orang bisa pacaran aja tidak. Dan anak itu, sudah bersiap dan akan bunuh diri karena ditolak cintanya. Dunia memang benar - benar telah mengalami pergeseran. Baik budaya, sosial, cara berpikir, dan lain - lain.
Berita tersebut merupakan salah satu dari banyaknya masalah anak yang begitu miris sekarang. Tetapi memang bukan salah anak. Bukan sama sekali. Mereka tidak bisa membentuk katakter diri mereka sendiri karena kemampuan reflektif otak yang masih kurang. Mereka belum bisa membedakan mana baik dan mana buruk. Apa yang membentuk mereka adalah lingkungan mereka. Semua komponen berpengaruh, baik keluarga, lingkungan maupun media.
Keluarga. Masih banyak keluarga yang apatis dengan anaknya. Kebanyakan keluarga (apalagi keluarga kelas menengah ke bawah), sekadar melaksanakan kewajibannya untuk bersekolah di sekolah formal. Itu pun tidak akan maksimal, karena ya melihat sekolah - sekolah formal yang menyediakan pendidikan "apa adanya". Mereka perlu kontrol dan kasih sayang dari keluarga mereka sendiri.
Media. Jika dipresentasekan, dosa terbesar dari pergeseran sosial di dalam dunia anak-anak adalah media. Media dan marketingnya. Salah satu dosa marketing yang aku pernah baca, mereka melemahkan kemampuan reflektif otak dan mengeksploitasi kemampuan reflektif otak yang minim. Dengan kata lain, anak - anak secara tidak langsung telah dieksploitasi demi mencapai tujuan media dan marketing itu sendiri. Perlu kesadaran media sendiri untuk menyediakan berita, hiburan dan apapun yang mendidik. Bukan hanya tentang cerita cinta picisan, tetapi lebih dari itu. Seandainya media bisa memberi berita, hiburan atau apaun yang edukatif, inspiratif dan membangun.... ah pasti cara berpikir dan sikap seluruh bangsa Indonesia akan jauh-jauh-jauh lebih baik.
Rasanya ingin sekali meneruskan tulisan ini dan benar - benar menganalisis hingga seluruh pihak - pihak yang terlibat. Tapi, waktu sudah menunjukan waktu aku harus melakukan aktivitasku dan memaksaku harus berhenti. Baiklah, aku hanya berharap masalah di atas benar - benar menjadi pertimbangan untuk nemikirkan masa depan anak Indonesia. Mereka yang akan membawa bangsa ini setelah generasimu dan generasiku berakhir.
Mereka yang masih polos, jangan diracuni dengan pikiran yang irasional,
yang tidak cocok dengan apa yang seharusnya mereka dapatkan.
Mereka yang masih polos, biarkan mereka berkembang dengan semesta yang juga ikut mendukung mereka.