Saya tidak merindukan anda. Saya hanya
merindukan “kehadiran” anda.
Aku sungguh tidak
mengerti. Tidak mengerti banyak hal tentang kamu. Tidak mengerti bukan berarti
tidak mengenal. Mungkin aku tidak benar – benar mengenalmu. Aku hanya
mengenalmu sebatas apa yang telah kamu tunjukkan dan sebatas apa yang telah aku
tanyakan, kepada dirimu.
Karena saya juga bisa
lelah
Karena saya juga bisa
capek
Karena semuanya terlalu
statis
Berjalan tanpa harmoni
Saya lelah seperti itu
terus
Saya lelah oleh
semuanya
Saya capek ..
Capek lahir dan batin
(Carla
Audina)
Akhirnya aku putuskan
untuk mengeluarkan -sedikit- apa yang aku rasakan belakangan ini kepadamu.
Berbekal rasa sebal, namun lebih mendalam. Seperti yang aku pikirkan. Sama
saja.
Aku tidak akan
membiarkan rasa yang tidak enak ini menghancurkan hari – hari bahagiamu, entah
bersama siapa-dimana-mengapa-apa-bagaimana-kapan. Kamu tidak perlu tahu
bagaimana campur aduknya perasaanku. Karena apa yang aku rasakan itu urusanku.
“Apa yang kamu
inginkan dariku ?”
“Aku tidak menginginkan apapun dari kamu yang
sekarang. Aku hanya ingin. Aku hanya butuh kehadiranmu yang dulu. Udah. Itu.
Cukup.”
Percakapan kosong. Entah
bagaimana kenyataan akan menjawab. Aku tahu bahwa pengharapan sekadar
pengharapan. Ekspektasi yang begitu besar. Aku sadar, aku telah larut dalam
jalur pengharapan, pengharapan kosong.
I do not miss you. I miss “the old” you.