Aku
melihatmu dengan mata tertutup. Menyembunyikan kedua lensa mataku dengan
sepasang kelopak mata yang ditutupi oleh lembaran kulit berwarna kuning
langsat.
Aku
mendengar alunan suaramu dengan ada atau tidak adanya kamu. Dan ketika aku
sendiri, aku pula tidak mengerti bagaimana gelombang bunyi itu dapat
menyinggung membran timpaniku. Sumber bunyi yang tidak jelas darimana asalnya.
Aku
hanya dapat membungkam pikiran yang entah menghilang dalam fluktuasi apa. Apa
ada hal yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki keadaan ? Aku rasa tidak. Aku
sudah berusaha untuk menyelam. Hasilnya ? Tenggelam
dan sesak, seperti terganjal beban.