thanks to Ardhani Indra Puspita :)
“Jangan pernah kamu tanyakan apa yang kamu dapatkan dari negaramu, tapi tanyakan pada dirimu apa yang kamu berikan kepada negaramu.”
Petuah diatas mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, toh hampir setiap hari kita menjumpainya terpampang di kaos berbagai organisasi, bahkan hampir disetiap buku mata pelajaran wajib dari bangku dasar hingga sekolah menengah atas, yaitu “Pendidikan dan Kewarganegaraan”. Bukankah seharusnya kita terlebih dahulu mendahulukan perbuatan daripada perkataan ?
Demokrasi membuat para generasi muda menjadi generasi yang kritis. Segala aspek ikut menjadi bahan untuk dikritik. Salah satunya para wakil rakyat yang berkorupsi, lebih lanjut disebut koruptor. Para generasi muda yang kritis, tentu saja membenci koruptor. Menurut mereka koruptor itu kejam, memggerogoti uang rakyat, tak jarang pula mereka memaki – maki koruptor. Tapi bagaimana penerapan generasi muda itu sendiri ?
Jika kita melihat generasi muda, khususnya siswa sekolah, sekarang sudah banyak memulai sebuah perbuatan kecil yang untuk kedepannya dapat menciptakan koruptor – koruptor baru. Banyak generasi muda yang masih membudayakan budaya mencontek. Entah dalam ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester, bahkan ujian masuk SMApun mencontek. Gaya mencontekpun semakin handal, mulai dari handphone, browsing internet, membuka catatan dari rumah, atau yang lainnya.
Menurut hemat saya sebagai siswa sekolah menengah atas, lingkungan yang pertama kali akan saya bantu adalah sekolah. Uang 10 juta rupiah akan saya pergunakan untuk membeli cermin cembung supaya dipasang disetiap ruang kelas sekolah. Konyol memang, sekolah memerlukan cermin cembung. Tapi, kita lihat saja di swalayan – swalayan kecil. Hampir disetiap atas ruangan, entah dipojok atau tengah terdapat berbagai cermin cembung. Kegunaannya tak lain untuk mengawasi disegala sisi agar tidak terdapat pencurian di swalayan.
Tak mungkin jika hanya mengandalkan dua atau tiga pengawas. Jika akan menambah pengawas lagi, tentu anggaran biayapun semakin banyak, itupun tidak bisa dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama. Berbeda dengan jika kita menggunakan cermin – cermin cembung yang dipasang diatas ruangan. Sifat asli cermin cembung yaitu tegak, diperbesar membuat pengawas lebih mudah melihat kegiatan siswanya jika dilihat dari belakang. Harganya pun relatif lebih murah jika dibandingkan dengan membeli CCTV.
Pengawasan yang kuat membuat para siswa lebih takut untuk berbuat curang. Oleh sebab itu, para siswa akan lebih berusaha keras untuk belajar karena tidak mungkin ada kesempatan untuk mencontek. Hilangnya budaya mencontek, membuat generasi muda menjadi generasi yang hebat pula.